1.   Malas

Penyebab pertama yang akan kita bahas terlebih dahulu adalah penyebab paling umum atau paling sering terjadi. Yakni rasa “malas”. Malas merupakan hal yang wajar, semua orang pasti akan pernah merasakannya. Entah karena hilangnya minat, mengalami masa-masa sulit, atau lain sebagainya. Namun, yang tidak wajar adalah rasa malas yang tidak kunjung datang.

Penyakit malas yang tak kunjung selesai ini, kerap kali dialami oleh santri yang menghafal Al quran di pesantren. Juga menjadi salah satu musuh terbesar yang menghambat produktifitas dalam menambah hafalan. Dan faktor terbesar yang menyebabkan rasa malas hadir adalah tidak adanya target atau keinginan yang kuat untuk menghafal al Quran.

 Sehingga santri yang tidak memiliki target, umumnya akan terjebak dalam zona nyaman dan akhirnya akan terus bermalas-malasan. Perlu penulis ingatkan, apabila seseorang ingin mengahafalkan Al Quran sebaiknya memiliki target dalam hidupnya. Baik target jangka panjang dan jangka pendek.

 Contohnya nih, “misalkan dalam setahun saya harus dapat 15 juz, berarti dalam dua tahun ke depan insyaallah hafalan saya selesai 30 juz”. Kemudian apabila target jangka panjang telah ditentukan, lalu tinggal dibagi dalam bentuk harian (target jangka pendek). Seperti, “kalau target saya dua tahun lagi hafalan sudah tuntas 30 juz, berarti dalam sehari minimal hafalan saya harus bertambah dua halaman”.

Nah, dengan adanya target seperti yang dicontohkan tadi, insyallah seseorang dapat meminimalkan rasa malasnya dan menjauhkan dirinya dari zona nyaman. Mengapa demikian? sebab, seseorang yang memiliki tujuan tak akan pernah menyia-nyiakan waktu yang telah berlalu begitu saja. karena dia sadar, jika dia segera beranjak dari tempat tidurnya maka kelak dia akan menerima konsekuensi yang sangat besar. Apa itu? Yakni kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah dia tancap mantap-mantap dalam keyakinannya.   

2.      Tidak disiplin .

Tidak disiplin, juga menjadi salah satu faktor tidak optimalnya menghafal santri. Disiplin disini mencakup banyak hal diantaranya adalah kendali diri, komitmen, dan kepandaian mengatur waktu.

Disiplin melibatkan kemampuan untuk mengendalikan diri , menahan nafsu dan keinginan dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang tidak sesuai dengan tujuan. Sebab, apabila seorang penghafal Al Quran tidak dapat menahan keinginannya, maka dia telah memilih lebih jauh dari keberhasilannya menghafal Al Quran. 

Karena, tidak dapat menahan nafsu adalah sifat dari orang yang suka mempertahankan-nunda pekerjaan. Yang awalnya ingin melaksanakan suatu tujuan yang baik tetapi karena kalah dengan nafsu akhirnya dia mempertahankan tujuan yang baik tersebut dan malah menuruti nafsunya yang hanya akan membuang waktunya sia-sia.

Mirisnya, fenomena seperti itu masih sering terjadi di dalam kehidupan kita. Contohnya nih, semisal ada seorang mahasiswi yang hendak mengerjakan tugas sekaligus membaca buku di perpustakaan umum. Pada awalnya niatnya bagus, akan tetapi ketika sampai di tengah perjalanan dia melihat ada konser dari band kesukaannya sedang tampil. Karna tak mampu untuk mengusai nafsunya alhasil dia pun terhanyut ke dalam lautan orang-orang yang menonton konser tersebut.

Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan dirinya, selain tugasnya tidak selesai di hari itu juga,  dia telah menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang kurang bermanfaat.

Yang tak kalah penting dari menahan nafsu ialah komitmen. Seorang penghafal Al Quran harus dapat berkomitmen dengan tujuannya. Apabila nanti malam menambah hafalan maka harus benar-benar menambah. Apabila besok subuh harus bangun awal, maka besok  harus benar-benar bangun lebih awal. dan begitupun seterusnya.

Mengapa penulis katakan sangatlah penting untuk berkomitmen dengan suatu tujuan? Karena, apabila seseorang tidak dapat berkomitmen dengan tujuannnya, maka tujuan tersebut hanya akan menjadi angan-angan belaka.

Kemudian, yang terpenting dari sikap disiplin ialah disiplin dalam mangatur waktu, maksud dari mengatur waktu disini ialah merencanakan dan memanfaatkan waktu dengan bijaksana untuk mencapai praktik menghafal yang efektif dan efisien.

Seorang peghafal Al Quran harus dapat menentukan waktu emas yang bagi dirinya efektif untuk menghafal Al Quran. Karena biasanya setiap orang memiliki cara dan waktunya tersendiri yang bagi dirinya nyaman dan mudah untuk menghafal.

Selain pemilihan waktu yang optimal untuk menghafal. Ada sesuatu yang lebih penting dan sangat perlu diperhatikan. Yakni memaksimalkan waktu  untuk mengolahnya menjadi waktu yang benar-benar  produktif.

 

3.     Tidak Istiqamah

Istiqamah dalam menghafal Al Quran disini berarti menjaga keteguhan dan konsistensi dalam menjalankan rencana menghafal. Ini melibatkan terus menerus membaca, menghafal dan mengulang (murojaah) hafalan Al Quran secara rutin dan tidak terputus-putus.

Walaupun disaat hafalan tersebut sulit atau mudah, disaat mood hati ini semangat atau tidak yang terpenting terus saja jalani. Disaat seiring meningkatnya tingkat kesulitan yang dihadapi, ingatlah! yang terpenting terus saja jalani. Entah berapapun jumlah hafalan yang dapat dihasilkan bahkan hanya satu ayat saja dalam sehari pesan penulis jangan sampai pernah berhenti dalam menambah hafalan.

Sebab, berkat konsistensi dan kegigihan itulah yang akan terus mengupgrade dan meningkatkan kualitas hafalan dari seorang penghafal Al Quran. Sebagaimana yang diakatakan oleh pepatah “ sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit”.

4.     Wara’

Wara’ merupakan sifat kehati hatian dan menjauhi hal-hal yang syubhat (meragukan) atau mendekati haram. Sifat wara dalam konteks mengahafal Al Quran berarti seorang penghafal Al Quran perlu menjaga diri dari setiap barang yang syubhat (meragukan)serta menjaga kehormatan dan akhlaknya.

Sifat wara’ ini terbilang cukup penting, dan wajib dimiliki oleh setiap pengahafal Al Quran. Terutama santri yang sedang mengahafalkan Al Quran. Posisi santri yang sedang mencari ilmu di pesantren jelas akan lebih tertantang untuk mengamalkan sifat wara’, Karena di lingkungannya yang hidup bersama, terkadang seorang santri lalay dalam menggunakan barang temannya dengan meminjam tanpa izin terlebih dahulu kepada sang pemilik.

Nah, dari situlah merupakan titik awal yang tidak banyak orang sadari, dan kerap kali diremehkan oleh orang-orang. Padahal hal tersebut sangatlah penting dan benar-benar dapat mempengaruhi hafalan seseorang.

 Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Jawabnnya ialah karena Al Quran itu adalah ilmu, dan ilmu itu adalah cahaya. Sebaigamana yang terdapat dalam nasehat imam Syafi’i yang cukup terkenal:

“ Aku mengadu kepada guruku, Al Waki’,  tentang betapa buruknya hafalanku. Beliau lalu mensehatiku untuk meninggalkan perbuatan dosa. Beliau mengatakan juga bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat dosa.”

5.     Kurang Fokus

Arti dari fokus dalam menghafal Al Quran yakni kemampuan untuk menjaga konsentrasi dari berbagai macam pikiran yang tidak penting dan mengganggu konsentrasi menghafal. Memang apabila kita perhatikan aspek fokus ini seakan-akan seperti suatu hal yang sepele. Akan tetapi, jangan salah. Justru fokus inilah yang mempengaruhi seberapa banyak hafalan yang mampu kita produksi.

Berdasarkan pengalaman dari para guru yang mengajar tahfidz di pesantren. Untuk menambah hafalan, sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang banyak atau lama. Bahkan untuk membuat hafalan satu halaman sebenarnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit saja, untuk ukuran orang-orang yang normal.

Akan tetapi mengapa banyak santri yang bahkan seharian penuh menghafal siang, sore, malam akan tetapi hasil yang diciptakan juga tetap sama hanya mendapat satu halaman? Nah, faktor yang mempengaruhi hal tersebut ialah tingkat kefokusan santri tersebut ketika menghafal.

Bisa jadi santri yang menghafal seharian itu masih mencampur adukkan pikirannya antara Al Quran yang sedang dibacanya dengan masalah yang bermunculan dipikirannya. Juga bisa jadi, di sela-sela waktu dia mengahafal dia malah melamun. Alhasil tingkat kefokusannya menurun dan waktunya terbuang sia-sia.

Oleh karena itu, Aspek fokus dalam menghafal Al Quran sangatlah penting. Karena itulah yang menentukan hafalan seseorang dapat bertambah. Saran yang dapat pembaca gunakan agar bisa fokus daalam menghafal yakni hindari melamun, hindari berbicara yang tidak penting, dan hindari berpikir yang berlebihan atau Overthinking .

Baik, mungkin cukup itu saja sedikit pengalaman yang dapat penulis bagikan ke teman-teman pembaca, semoga bermanfaat. Semoga adanya tulisan ini dapat membantu kita semua. Barakallah fikum...    

Category: Muhasabah

Postingan Terbaru

Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Jun 16, 2025
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
Jun 11, 2025
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Jun 09, 2025