BASMALAH
Basmalah berarti mengagungkan nama Allah dengan sifat-Nya yang mulia. Kalimat basmalah adalah :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Seseorang yang akan memulai perbuatan baik yang dianjurkan untuk membaca basmalah termasuk dalam memulai membaca Al-Qur'an. Cara ini untuk mengikuti ajaran Al-Qur'an yang setiap surat dimulai dengan basmalah (kecuali surat baro-ah) dan untuk mengikuti pentunjuk rasulullah SAW seperti dalam sabdanya:
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بـِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم فَهُوَ أَقْطَعُ
Setiap perkara yang penting (bernilai kebaikan) yang tidak diawali dengan basmalah, maka perbuatan tersebut menjadi kurang sempurna. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
v Dalam kaitannya dengan membaca Al-Qur'a, basmalah memiliki tiga keadaan, yaitu:
1. Membaca basmalah di awal surat.
2. Membaca basmalahdi tengah surat.
3. Membaca basmalah diantara dua surat.
v Adapun uaraian dari tiga keadaan tersebut sebagai berikut:
1. Basmalah di Awal Surat
Semua Imam Sepuluh sepakat membaca basmalah pada setiap membaca awal dari semua surat dalam Al-Qur'an kecuali Baro-ah, mereka sepakat tidak membaca basmalah ketika memulai membaca awal surat Baro-ah.
Ulama berbeda pendapat tentang hukum cara membaca, Imam Ibnu Hajar (W. 974 H) dan Al-Khatib mengatakan haram membaca basmalah di awal surat Baro-ah, sedangkan di tengahnya makruh. Imam Al-Romli mengatakan makruh hukumnya membaca basmalah di awalnya, sesdangkan di tengahnya sunnah seperti halnya sunnah ditengah-tengah surat lainya. Para Ulama’ sepakat bahwa basmalah merupakan sebagian ayat dari surat An-Naml yang tercantum pada ayat 30.
2. Basmalah di tengah surat
Tengah surat adalah ayat yang jauh dari awalnya atau ayat setelah awalnya walaupun satu kata. Semua Imam sepuluh memberikan kebebasan kepada pembaca Al-Qur'an untuk membaca basmalah atau tidak pada saat mulai membaca ayat di tengah surat kecuali tengah surat Baro-ah. Sebagian dari mereka melarang membaca basmalah di tengah surat Baro-ah seperti halnya membaca di awalnya. Sebagian dari mereka membolehkan membaca basmalah di tengah surat Baro-ah seperti membolehkan membaca di tengah surat lainya. Sehingga menurut mereka tidak ada bedanya antara tengah surat Baro-ah denagn tengah-tengah surat lainya di dalam Al-Qur'an.
Apabila memilih membaca basmalah, maka berlaku empat cara seperti cara-cara yang diuaraikan pada pembahasan sebelumnya ( baca “Cara membaca antara isti'adzah, basmalah dan awal surat ” pada bab isti'adzah ), sedangkan jika memilih tidak membaca basmalah maka boleh diberikan dua cara yaitu waqaf pada isti'adzah dengan ayat tengah surat. Dua cara ini boleh diterapkan atas nama Imam sepuluh.
Namun demikian ada sebagian Ulama’ yang tidak membolehkan membaca basmalah di tengah semua surat kecuali atas nama mereka yang memberlakukan basmalah antara dua surat. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, membaca basamalah di tengah surat berarti mengikuti Qurro’ yang membaca basmalah di awal surat sehingga orang yang membaca basmalah di awal surat sehingga orang yang membaca basmalah di awal surat, maka ia juga membaca basmalah di tengah surat. Adapun yang membaca dengan saktah dan washal (menyambung akhir dan awak dua surat), maka ia tidak boleh membaca basmalah di tengah surat.
3. Basmalah Di Antara Dua Surat
v Qolun, Ibnu Katsir, ‘Ashim, Ak-Kisa’i dan Abu Ja’far membaca basmalah di antara dua surat dengan tiga cara, yaitu:
a. Berhenti atau mewaqafkan semuanya.
b. Menyambung basmalah dengan awal surat.
c. Menyambung semuanya.
v Warsy, Abu ‘Amrin, Ibnu ‘Amir dan Ya’qub di antara dua surat membaca dengan tiga cara:
a. Membaca basmalah diantara dua surat.
b. Membacanya dengan saktah tanpa basmalah.
c. Menyambug akhir surat dengan awal surat berikutnya tanpa basmalah.
v Hamzah dan Khalaf Al-‘Asyir membaca washal di antara dua surat atau menyambung akhir surat dengan awal surat berikutnya tanpa basmalah.
Keterangan:
v membaca surat secara berurutan seperti membaca surat Al-Baqarah kemudian membaca surat Al-Imran, atau membaca surat tidak berurutan seperti membca surat Al-Baqarah kemudian membaca surat Al-Maidah, maka hukumnya disamakan dengan tepat mengikuti kaidah-kaidah pada Qurro’ di atas, dengan syarat dua surat tersebut sesuai dengan urutan Al-Qur’an.
v Apabila membacanya tidak sesuai dengan susunan surat dalam Al-Qur’an seperti membaca surat Al-Maidah kemudian membaca surat Al-Baqarah, maka harus membac basmalah, tidak boleh sakta atau menyambung (ketentuan ini juga berlaku pada surat yang berulang-ulang,seperti membaca surat Al-Ikhlas, begitu pula ketika akan menyambung surat An-Nas dengan surat Al-Fatihah).
Catatan:
v Cara membaca yang tidak diperbolehkan yaitu dengan menyambung basmalah dengan akhir surat karna dapat menimbulkan kesan, bahwa basmalah dimiliki o;eh surat tersebut.
v Adapun cara membaca akhir surat Al-Anfal dengan awal surat Baro-ah semua Imam sepuluh tanpa kecuali membaca dengan tiga cara yaitu, waqaf, saktah, dan washal (masing-masing dari cara ini dengan tanpa membaca basmalah.)
Keterangan:
v Semua Imam sepuluh juga memberlakukan tiga cara ini (waqaf, saktah, dan washal) keika menyambung akhir surat manapun dengan awal surat Baro-ah dengan syarat bahwa akhir surat tersebut terletak sebelum surat Baro-ah sesuai susunan surat-surat dalam Al-Qur’an.
Contoh: menyambung akhir surat An-Nisa’ dengan awal surat Baro-ah.
v Apabila akhir surat yang dibaca terletak setelah surat Baro-ah dalam susunan Al-Qur’an, maka cara yang diberlakukan hanyalah dengan cara waqof (tidak boleh dengan cara saktah maupun cara washal).
Contoh: Menyambung akhir surat Al-Anfal dengan awal surat Baro-ah.
v Kaidah yang hanya dibaca waqof saja yaitu ketika menyambung akhir surat Baro-ah dengan awalnya. ContohL menyambung akhir surat Al-A’raf dengan awak surat Baro-ah.
v Adapun menyambung akhir surat An-Nas dengan awal surat Al-Fatihah semua Imam sepuluh hanya membaca basmalah karena hukumnya sama dengan memulai bacaan, mengingat surat pertama dalam Al-Qur’an adalah surat Al-Fatihah, begitu pula saat menyambung akhir suatu surat dengan awal surat sebelumnya, seperti menyambung akhir surat An-Nas dengan awal surat Al-Falaq.
v Cara yang dipilih ahlul ada’ dalam membaca empat pasang surat tertentu (antara surat Al-Muddattsir dengan surat Al-Qiyamah – antara surat Al-Infithar dengan surat At-Tahfif – antara surat Al-Fajr dengan surat Al-Balad – antara surat Al-‘Ashr dengan surat Al-humazah), yaitu:
a. Ahlul ada’ dari para Qurro’ yang membaca basmalah di antara dua surat (Qolun, Ibnu Katsir, ‘Ashim, Al-Kisa’i dan Abu Ja’far) tidak membolehkan meyambung basmalah dengan awal surat berikutnya.
b. Ahlul ada’ dari para Qurro’ yang mempunyai wajah saktah diantara dua surat (Warsy, Abu ‘Amrin, Ibnu ‘Amir dan Ya’qub) memilih membaca dengan basmalah, sebagian kecil dari mereka ada yang membaca saktah.
c. Ahlul Ada’ dari para qurro’ yang mempunyai wajah washal di antara dua surat (Warsy, Abu ‘Amrin, Ibnu ‘Amir, Hamzah, Ya’qub dan Khalaf Al-‘Asyir) memilih membaca dengan saktah.
Catatan :
Walaupun demikian, Ulama’ yang telah melakukan penelitian secara seksama dan mendalam tidak membedakan cara membaca empat pasang surat dengan surat-surat yang lainnya dalam Al-Qur’an akan tetapi cara yang tersebut di atas dinyatakan sebagai cara yang paling shahih dan diharapkan untuk diterapkan. Apabila memberlakukan empat pasang surat seperti uraian di atas dan di kaitkan dengan surat-surat lainnya, maka akan terlihat dalam kedua keadaan sebagai berikut:
1. Apabila membaca akhir surat Al-Muzammil kemudian membaca awal surat Al-Qiyamah (tidak berurutan), maka atas nama mereka yang membaca basmalah di antara dua surat boleh memberlakukan tiga cara (membaca basmalah, saktah, dan menyambung) dalam empat pasang surat di atas.
v Sedangkan yang membaca dengan saktah antara surat Al-Muzammil dan Al-Muddatsir (antara dua surat), maka ia membaca antara surat Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah (empat pasang surat di atas) dengan cara saktah dasn tiga macam basmalah.
v Adapun yang membaca washal antara surat Al-Muzammil dan Al-Muddatsir (antara dua surat) maka ia membaca antara surat Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah (empat pasang surat di atas) dengan cara washal dan saktah.
2. Apabila membaca dari akhir surat Al-Muddatsir sampai awal surat Al-Insan, maka mereka yang membaca basmalah antara surat Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah (empat pasang surat di atas) hendaknya membaca surat Al-Qiyamah dan Al-Insan dengan basmalah sekaliguis tiga cara membaca basmalah. Selain itu boleh membaca dengan cara saktah tanpa basmalah antara surat Al-Qiyamah dengan Al-Insan.
Sedangkan yang membaca dengan saktah antara surat Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah (empat pasang surat di atas), maka hendaknya membaca surat Al-Qiyamah dan surat Al-Insan dengan cara saktah dan washal.
v Adapun yang membaca dengan washal antara surat Al-Muddatsir dan Al-Qiyamah (empat pasang surat di atas), mka hendaknya membaca surat Al-Qiyamah dan Al-Insan hanya dengan cara washal .