Di balik setiap dinding, setiap sudut, dan setiap jengkal tanah, tersembunyi sebuah harta karun yang tak bernilai. Sebuah permata sejarah, berbalut waktu, menanti untuk ditemukan dan dipancarkan cahayanya. Harta itu bukanlah emas permata, melainkan kisah perjuangan, keteguhan, dan visi mulia yang telah mengukir jejak peradaban. Inilah warisan yang harus kita jaga, jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, agar generasi penerus dapat menyelami samudra hikmah dari kisah juang sang mu'assisnya, pendiri pendiri pondok pesantren Asy-Syadzili ini.

Lebih dari sekedar bangunan dan tradisi, Pondok Pesantren Asy-Syadzili adalah warisan yang istimewa. la adalah untaian nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi, sebuah mata air ilmu yang tak pernah kering, dan suluh yang menambah kegelapan zaman. Di setiap sudutnya terukir jejak pengabdian para pendirinya, semangat juang para santri, dan harapan akan masa depan yang gemilang. 

Niat untuk mengulik kembali mengenai hari lahir pesantren muncul setelah kami yang tergabung sebagai tim pengembangan biografi KH. Ahmad Syadzili Muhdlor mengetahui dawuh salah satu dzurriyah beliau. Bahwasanya sang mu'assis dahulu selalu istiqomah dalam memperingati pesantren harlah setiap tanggal 13 Dzulhijjah, namun tradisi itu sempat terputus. Inilah sebabnya, demi memastikan keabsahan dan kehausan tradisi ini, tim pengembangan biografi merasa terpanggil untuk kembali menilik, mencari informasi, dan menggali lebih lanjut mengenai kapan pesantren ini didirikan.

Setelah melalui wawancara dan pengumpulan informasi dari beberapa narasumber utama, yaitu para sesepuh santri generasi pertama dan para dzurriyah mu'assis. Banyak pernyataan yang sedikit demi sedikit menjadi petunjuk, membawa kami semakin dekat pada apa yang kami cari, diantaranya:
* KH. Muhammad Chusaini (santri tahun 1975)
* KH. Nur Kholis (santri tahun 1973)
* KH. Nurul Yaqin (santri tahun 1972)

Pencarian ini memiliki target bahwasanya, tahun dimana Asy-Syadzili berdiri, adalah tahun dimana santri pertama masuk ke pesantren, pencarian kami berakhir pada pernyataan KH. Nurul Yaqin yang mengatakan bahwa tidak ada santri sebelum beliau, kecuali santri pertama yakni KH. Maftuh Sa'id pendiri pondok pesantren Al-Munawwariyah, Bululawang. Selain menimbang dan menghubungkannya dengan biografi KH. Maftuh Said diberbagai sumber, dan diperkuat dengan dawuh beliau dihadapan para kyai NU di Wajak bahwa beliau mondok di Asy-Syadzili sekitar tahun 1967 M. Dari situlah diasumsikan berubah menjadi fakta yang terverifikasi, sebagai tahun lahirnya Asy-Syadzili. Ditambah setelah melihat hari lahir pesantren berdasarkan apa yang telah mu'assis istiqomahkan, maka pondok pesantren Asy-Syadzili, lahir pada hari Kamis Legi, 13 Dzulhijjah 1386 H. / 23 Maret 1967 M.

Yang mana, jika dihitung berdasarkan tahun hijriyahnya, pada hari ini, pondok pesantren Asy-Syadzili secara resmi memasuki usia yang ke 60 tahun, dan pada hari ini juga, untuk pertama kalinya, peringatan harlah kembali di peringati. Dengan membawa tema, menjaga warisan, meraih kemajuan.

المحافظة على القديم الصالح، والاخذ بالجديد الاصلح
tradisi terdahulu yang baik, serta mengambil hal baru yang lebih baik.

Tema Harlah Asy-Syadzili ini bukan sekedar slogan, melainkan cerminan dari visi dan misi Asy-Syadzili di era modern. Sebagai seruan untuk introspeksi, refleksi, dan aksi. Dengan mengajak seluruh civitasnya, baik pesantren, alumni, dan masyarakat untuk bersama-sama meneguhkan komitmen dalam melestarikan identitas keilmuan dan nilai-nilai luhur pesantren, seraya terus berinovasi dan melangkah maju demi mewujudkan generasi Muslim yang unggul, berakhlak mulia, dan mampu memberikan manfaat bagi agama, bangsa, dan dunia.

Category: santripasir news

Postingan Terbaru

Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Jun 16, 2025
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
Jun 11, 2025
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Jun 09, 2025