“Ibaratkan ikan yang besar tetapi apabila dipotong potong maka akan menjadi kecil kembali.”itulah yang terjadi pada umat islam.

   Umat Islam pernah mencapai puncak kejayaan dalam berbagai bidang, mulai dari ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, hingga budaya. Masa keemasan Islam, terutama pada abad ke-8 hingga ke-14, menunjukkan bagaimana umat Muslim mampu menjadi pelopor dalam ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat. Namun, saat ini, banyak yang mempertanyakan apakah umat Islam mampu mengembalikan kedudukan tersebut di tengah tantangan globalisasi dan perkembangan zaman.

   Pada saat ini kejayaan tersebut terasa semakin menjauh dengan fakta keadaan islam. Hal tersebut terjadi dikarenakan Di zaman sekarang ini para muslim dipecah belahkan oleh aliran. Satu menganggap aliran lain radikal dan satu lagi menganggap aliran itu liberal. Bahkan dalam satu aliranpun masih terbagi menjadi beberapa aliran lagi.

  Seperti setiap madzhab yang memiliki perbedaan pendapat masing-masingnya, dengan beberapa cara yang berbeda pula. Tapi apakah ada satu madzhab itu memusuhi yang lain? tidak, bahkan kata imam syafii

الْخُرُوجُ مِنْ الْخِلَافِ مُسْتَحَبٌّ

Keluar dari khilaf itu disunatkan

  imam syafii wudhu nya cukup mengusap sebagian kepala dan imam malik mengakatan wudhu itu harus mengusap seluruh kepala. apakah kemudian imam syafii berkomentar kepada imam malik “apa imam malik itu, wudhu kok harus mengusap seluruh kepala,  sebagian saja kan sudah cukup?” tidak seperti itu, bahkan kata imam syafii kalau kamu wudhu mengusap seluruh kepala itu adalah sunnah karena kamu keluar dari khilafnya imam malik, dan imam malik sendiri kemudian mengatakan kalau hal tersebut sah.

  Dari kisah tersebut seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi kita bahwa bagaimana kita bisa menerima perbedaan. Orang yang dipuji sesudah orang muhajirin dan ansar adalah:

 

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌرَّحِيْمٌࣖ 

Orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

  Pada ayat tersebut terdapat doa agar kita dijauhkan dari rasa dengki terhadap orang yang beriman,apalagi apabila berbeda pendapat. Hendaknya ketika terjadi perbedaan pendapat kita harus mencari titik pertemuan agar tidak terjerumus pada titik perpecahan.

  Kalau sudah seperti itu apa bisa umat muslim mengembalikan kedudukannya? Tentu saja mampu apabila semua dapat menghilangkan egonya dan melakukan upaya Reknosiliasi. Hal tersebut menjadi sulit bahkan dapat tidak  mampu apabila tidak terjadi persatuan di antara kaum muslim.

  Maka dapat kita simpulkan bahwa meskipun menghadapi berbagai tantangan, umat Islam masih memiliki potensi besar untuk mengembalikan kejayaannya. Dengan semangat persatuan umat Muslim dapat kembali memainkan peran penting dalam peradaban dunia. Namun, semua itu memerlukan usaha bersama yang konsisten dan berkelanjutan dengan selalu berusaha menghadapi segala perbedaan tanpa terjerumus pada perpecahan dan mempeloreh titik pertemuan atas perbedaan tersebut.

Category: kajian abuya

Postingan Terbaru

Pesan Nuzulul Quran : Membaca adalah awalnya
Pesan Nuzulul Quran : Membaca adalah awalnya
Mar 17, 2025
pengantar ilmu qiro'at 'asyr
pengantar ilmu qiro'at 'asyr
Mar 13, 2025
pengantar ilmu qiro'at 'asyr
pengantar ilmu qiro'at 'asyr
Mar 12, 2025