16.v Qashr : Membaca pendek tergantung konteksnya sebagai berikut :
a. Qashr dalam konteks tiga wajah berarti 2 harakat.
b. Qashr dalam konteks tidak diikuti mad dan lin atau tidak diikuti oleh lin saja, maka qashr berarti 1 harakat.
c. Qashr dalam konteks lin berarti 1 ½ atau 1 ¾ karena kurang dari 2 harakat, namun membacanya harus lebih dari 1 harakat seperti membaca عليهِم dalam semua riwayat begitu pula ketika membaca lafadh سَوءاتِ dalam riwayat Warsy menurut sebagia ahlul ada’.
v Thul : Membaca dengan panjang 6 harakat.
v Tawassuth : Membaca dengan panjang 4 harakat.
17. Isyba’ : Huruf lin dibaca panjang 6 harakat (thul), yaitu lafadh huruf lin yang diwaqafkan seperti lafadh السَّوْء pada surat A-Fath ayat 6 atau huruf lin yang berada di akhir ayat seperti lafadh خوفٌ pada surat Al-Quraisy ayat 4, kecuali pada haa dhomir tertentu yang membaca isyba’ dengan dua harakat karna ada yang membaca pendek satu harakat seperti lafadh يَتَّقْهِ pada surat An-Nur ayat 52.
18. Mad : Memanjangkan suara ketika mengucaokan suatu huruf. Contoh : بَآءَ (Q.S. Al-Imran: 162) شَآءَ (Q.S. Al-Baqarah: 20) جَآءَ (Q.S. An-Nisa’: 43).
19. Tashil : meringankan bunyi hamzah yang menyerupai alif, wawu (و) atau ya’ (ي). Contoh: ءَأَعْجَمِيٌّ (Q.S. Fush-shilat: 44), أَؤُنَبِّئُكُم (Q.S. Al-Imran: 15), أَئِنَّكُمْ (Q.S. Al-Ankabut: 29).
20. Ibdal : Hamzah sukun dijadikan mad. Contoh: يُؤْمِنُوْن dibaca يُوْمِنُوْن (Q.S. Al-Baqarah: 88) dalam kaidah Warsy, Abu Ja’far, As-Susi dan Imam Hamzah ketika diwaqofkan.
21. Naql : Memindah harakat hamzah kepada huruf mad sebelumnya. Contoh: قَدْ اَفلَحَ dibaca قَدَ افْلَحَ (Q.S. Al-Mu’minun: 1) dalam kaidah Warsy.
22. Tarqiq (tipis) : Hanya untuk huruf Ro’ (ر) dan lam (ل). Tarqiq adalah bunyi asli dari huruf lam. Contoh: مُنِيرًا(Q.S. Al-Furqan: 61) dalam kaidah Warsy harus dibaca tarqiq,الصَّلاَةَ (Q.S. Al-Baqarah: 3) dalam kaidah semua Qurro’ selain Warsy harus dibaca tarqiq.
23. Takhfim (tebal) : Hanya untuk Ro’ () dan Lam (). Bunyi asli dari huruf ro’. Contoh: الصَّلاَةَ (Q.S. Al-Baqarah: 3) dalam kaidah Warsy harus dibaca tafkhim, مُنِيرًا (Q.S. Al-Furqan: 61) dalam kaidah semua Qurro’ selain Warsy harus dibaca tafkhim.
24. Taghlid : Huruf lam yang di baca tafkhim kecuali lam jalalah. Contoh: الصَّلاَةَ (Q.S. Al-Baqarah: 3) dalam kaidah Warsy.
25. v Imalah : Memirigkan bunyi fathah yang pada kasroh
Contoh: pengucapan huruf e penuh pada “sate”. Imalah ada 2 yaitu imalah sughra dan kubro. Contoh: مَجْرٮٰھَا di surat hud ayat 41 dalam bacaan Hafsh.
v Taqlil : Imalah sughra, cara melafadhkanya yaitu antara a (50%) dan e (50%). Contoh: وَالضُحى disurat Ad-Dhuha ayat 1 dalam bacaan Warsy.
26. Idhgam : Dua huruf yang dijadikan satu huruf dengan cara mentsydid huruf yang kedua. Idgham dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kabir : Apabila kedua hurufnya sama-sama berharakat. Contoh: فِيۡهِۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِيۡنَۙ dibaca فِيۡهِۛ هُّدًى لِّلۡمُتَّقِيۡنَۙ (Q.S. Al-Baqarah: 2) dalam kaidah Ash-susi.
b. Shaghir : Apabila huruf pertamanya berupa sukun yang asli. Contoh: dibaca (Q.S. Al-Baqarah: 16)
27. v Isti’la : mengangkat pangkal lidah ketika melafadhkan hurufnya.huruf isti’lah ada 7 yaitu yang terkumpul pada kalimat: (خُصَّ ضَغطٍ قِظ)
v Istifal : menahan pangkal lidah ketika melafadhkan hurufnya. Adapun huruf-hurufnya yaitu selain huruf-huruf isti’la terkumpul pada kalimat (ثبت عز من يجود حرفه سل اذ شكا)
28. Ya’Idhafah : Huruf ya’(ي) tambahan yang berarti aku, terdapat pada isim seperti lafadh نَفْسِي (Q.S. Al-Maidah: 25) - ذِكرِيْ (Q.S. Al-Kahfi: 101) atau fi’il seperti فَطَرَنِيْ (Q.S. Hud: 51) – وَلاَتُخْزِنِي (Qs.Asy-Syu’aro’: 87) dan pada huruf seperti إنِّي (Q.S. Al-Baqarah: 30) - لِيْ (Q.S. Ali-Imran: 41) daiantara bacaan Qurro’ ada yang membacanya sukun dan adapula yang membacanya dengan fathah.
29. Ya’ Zaidah : Ya’ (ي) yang terletak di akhir kalimat dan tidak tertulis (dibuang), seperti الدَّاعِ pada surat Al-Baqarah ayat 186, يَأتِ pada surat Hud ayat 105, نبغ pada surat Al-Kahfi ayat 64 dan lain-lain. Di antara para Qurro’ ada yang melafadhkanya dan ada pula yang membuangnya baik saat washol dan waqof atau hanya ketika washol ataupun waqof saja.
v Perbedaan antara ya’ idhafah dan ya’ zaidah adalah sebagai berikut:
a. Ya’ idhafah terdapat pada isim, fi’il dan huruf sedangkan ya’ zaidah hanya terdapat huruf isim dan fi’il.
b. Ya’ idhafah hurufnya tertulis sedangkan ya’ zaidah pada umumnya dibuang (tidak tertulis dimushaf).
c. Cara Imam sepuluh membaca ya’ idhafah yaitu antara dibaca fathah atau sukun ketika washal sedangkan pada ya’ zaidah yaitu antara tetap dibaca hurufnya atau dibuang
d. Ya’ idhafah hanya sebagai ya’ tambahan sedangkan ya’ zaidah terkadang asli (sebagai kata dasar) atau hanya berupa tambahan.
30. Idkhal : memasukkan huruf alif pada dua hamzah yang berkumpul pada satu kalimat, disebut juga alif fashl (alif pemisah). Panjangnya sama dengan alif mad asli, yaitu 2 harakat. Contoh : أَأَنذَرْتَهُمْ dibaca ءَاأَنذَرْتَهُمْ (Q.S. Al-Baqarah: 6), yang merupakan salah satu bacaan dari Hisyam rowi dari Ibnu ‘Amir.
31. Qiro’ah atau bacaan yang tidak boleh secara umum dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Qiro’ah Syadzah : Qiro’at yang keluar dari kaidah Imam Sepuluh bersama para rowinya.
Contoh : lafadh مَلِيكِ pada surat Al-Fatihah ayat 4 yang merupakan bacaan dari Imam Ibnu Mas’ud.
b. Talfiq : Menggabungkan kaidah bacaan dua Imam atau Rowi. Contohnya antara lain:
1. Membaca 6 harakat mad wajib pada lafadh سَوَآءٌ عَلَيهِمْ adapun alasannya sebagai berikut:
Qurro’ yang membaca mad dengan 6 harakat dalam thariqah syathibiyyah dan durroh adalah Warsy dan Imam Hamzah. Contoh kaidah diatas disebut talfiq karena:
a. Warsy membaca shilah pada mim jama’ (عَلَيْهِموْ) dengan panjang 6 harakat karena huruf setelahnya adalah hamzah.
b. Imam Hamzah membaca dlommah huruf ha (ه) pada dhamir jama’ (عَلَيهُمْ). (sama dengan Ya’qub)
v Adapun pembahasan tentang perbedaan para Qurro’ yang membaca shilah atau sukun pada mim jama’ akan dijelaskan selanjutnya pada bab VI.
2. Membaca idgham bilagunnah nun sukukn atau tanwin yang bertemu dengan (ي) atau (و)padahal pembaca Al-Qur’an sedang tidak membaca riwayat khalaf rowi dari Hamzah. Contoh: مَنْ يَّقُوْلُ (Q.S. Al-Baqarah: 8), مِنْ وَّرَآءِهِ (Q.S. Ibrahim: 16), فَذٰلِكَ يَوْمَىِٕذٍ يَّوْمٌ عَسِيْرٌۙ (Q.S. Al-Muddatsir: 9) dan مُسْتَقَرُّ وَّمَتَاعٌ (Q.S. Al-Baqarah: 36)
Catatan :
Qiro’ah Syadzah dan Talfiq tidak boleh di praktekkan karena keluar dari kaidah Sepuluh Imam dan para Rowi serta tidak sesuai dengan bacaan yang mutawatir dari Nabi SAW.