Seperti yang kita ketahui, ilmu pengetahuan adalah kunci peradaban umat manusia. Ilmu Pengetahuan juga menjadi jalan bagi manusia untuk mencari kebenaran dan seluruh jawaban atas kompleks nya dunia. Dalam Islam sendiri, ilmu pengetahuan sudah sangat berkembang di berbagai aspek, dan tuntutan umat islam untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan di anjurkan oleh Rasulullah SAW. dalam salah satu hadits beliau :
كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ
Artinya: “Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka” (HR. Al-Baihaqi dari Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu)
Dari hadits ini, beliau menegaskan bahwa ilmu pengetahuan merupakan titik nilai keistimewaan manusia yang dianugerahi akal dapat benar benar bernilai sebagai manusia. Sedangkan yang dimaksud Rasulullah dengan orang kelima adalah mereka yang bukan salah satu dari empat golongan hadits di atas, sampai beliau menegaskan fatahlik ‘maka celakalah kamu.’
Disini kita tidak akan membicarakan tentang perkembangan ilmu pengetahuan atau sebagainya, tapi disini kita akan membicarakan sedikit dari banyaknya sikap yang menghambat seseorang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Seperti yang dikatakan judul diatas, ‘merasa tahu adalah ketidaktahuan’. Mendengar pernyataan tersebut, mungkin beberapa dari kita bertanya apa maksud dari kalimat tersebut. Arti kalimat nya memang se harfiah itu. Karena memang, saat kita merasa tahu justru itu adalah ketidaktahuan. Mengapa demikian? Karena sifat ini berbuah dari merasa, merasa bahwa diri kita paling pintar, merasa diri kita paling tahu, merasa diri kita paling superior, tanpa membedakan apa yang sebenarnya kita ketahui dan apa yang kita pikir kita ketahui,
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan kita dalam mengontrol aspek kognitif yang kita miliki. Singkatnya, kita tidak dapat membedakan antara kemampuan dan ketidakmampuan itu sendiri, atau mungkin refleksi atas kemampuan yang dimiliki.
Saat kita tidak pandai dalam mengontrol aspek ini, maka yang terjadi adalah kita hanya akan berlarut larut dalam keangkuhan, kepercayaan diri yang tinggi menyebaban kita tidak mau menerima kritik dan saran, hingga akhirnya hanya terbiasa dengan masturbasi intelektual, yang tentu sangat merugikan dan menghambat perkembangan pengetahuan. Sebab relasi ilmu pengetahuan tak sebatas akal dan pikiran, jauh didalam hati, ilmu pengetahuan juga harus hadir mengisi.
Maka seharusnya sikap kita sebagai seorang terpelajar adalah menyadari, bahwa semakin banyak sesuatu yang kita pelajari maka lebih banyak yang belum kita ketahui. semakin banyak yang kita ketahui, tak sepantasnya kita mendongak kepada siapapun, kerendahan hati akan menuntun kita pada jawaban jawaban atas seluruh persoalan di muka bumi ini. karena sejatinya ilmu pengetahuan adalah serangkaian pertanyaan yang membawa kita pada kebijaksanaan.
Jazakumullah khairan jaza.