‘besok aja ah, masih jam segini, ngerjain bentar ntar juga kelar.’ Dan mantra mantra sakti lainnya. Sering terjadi, blunder yang menjadi kebiasaan kaum muda, terkhusus kalangan remaja, apalagi kalau bukan menunda suatu pekerjaan. Tak mengenal hujan badai angin ribut, rasa nyaman menunda nunda ini dapat menyerang kapan saja dimana saja, tak kenal muda maupun tua, menyerang begitu saja bagai desing peluru. Dan tak perlu didustakan lagi, hal satu ini memang selezat itu. Saat pikiran sudah tak keruan setelah kegiatan seharian, tulang belulang remuk tak tertahan, tapi tanggungan tak kunjung selesai, maka nikmat sudah hidangan ini.

Mengapa hal ini dapat terjad? Menurut pengalaman penulis pribadi, hal ini sering bahkan nyaris setiap hari menghampiri. tentu saja yang mendasari semua ini adalah rasa, malas. Perlu diketahui dan disadari bahwa rasa malas ini adalah musuh terbesar umat manusia. kenapa demikian? Karena Dengan kemalasan seseorang  berhenti bekerja dan menjadi benalu bagi orang sekitarnya, dengan kemalasan seseorang tak akan dapat berkembang dalam segi apapun itu, dengan kemalasan seseorang dapat jatuh dalam berbagai penyesalan. Bahkan Jika diperhatikan lebih dalam lagi, kemalasan menjadi awal dari hancurnya suatu umat dan bangsa.  dan hal menunda nunda tadi merupakan langkah pertama seseorang menuju kemalasan yang berkelanjutan, menjadi ranjau yang mematikan bagi masa depan, keluarga, bahkan dirinya sendiri.

Dalam perspektif lain, terdapat suatu hal yang bertolak belakang namun dampak yang diberikan tak beda jauh dari kasus kemalasan tadi. Apakah itu? Kita sebut saja dengan kepuasan. Kepuasan dalam konteks belajar, berkarya dll. Mengapa bertolak belakang dengan kasus malas tadi? sebab mereka yang merasa puas ini sejatinya bukan dari kaum pemalas. karena mereka bekerja, berkarya, dan melakukan hal-hal yang menghasilkan. Hanya saja, rasa puas atas suatu capaian yang menodai seluruh usaha tadi. Dan perasaan ini perlu dihindari, teman teman sekalian. Buang jauh jauh bila perlu.

Mengapa perlu dihindari? Tak bolehkah kita merasa senang dan puas atas pencapaian kita selama ini? Tentu saja boleh, sangat boleh, apalagi saat itu semua memberi manfaat bagi diri kita masing masing. tapi dengan catatan, tidak menjadikan rasa puas kita sebagai suatu alasan agar kita berhenti belajar, berkarya dan menghasilkan hal-hal yang bermanfaat. Karena ketahuilah. Orang yang merasa cukup dan puas atas sesuatu yang dicapainya adalah orang yang sombong, dan orang sombong sangat sulit untuk berkembang, karena tujuan mereka adalah validasi dari orang lain, bukan substansi dan esensi dari belajar atau berkarya itu sendiri. Dan ketika semua itu terjadi, maka sebenarnya yang mereka lakukan adalah hanya berputar putar pada lingkaran yang sama, tak beranjak sama sekali.

Maka dari itu, mari kita sadari dan benahi bersama sama detail-detail kecil seperti ini, sebuah ranjau kecil yang tak pernah kita sadari keberadaannya, dan hanya soal waktu dimana kita akan menginjak ranjau ranjau ini hingga akhirnya menghancurkan apa yang kita punya sekaligus. Terlepas dari itu semua, disini sebenarnya penulis hanya ingin berbagi perasaan yang selama ini menjadi penghambat rutinitas dan mengajak para pembaca sekalian untuk beranjak kedalam lingkungan yang produktif, kreatif dan inovatif. Tentunya dengan terus haus akan belajar, berkarya, dan hal bermanfaat lainnya, sebab dengan belajarlah seseorang dapat mengetahui luasnya semesta, dengan berkaryalah seseorang akan abadi dan berharga. Kosongkan selalu gelasmu, kawan. sekian.

 

jazakumullah khairan

Category: Muhasabah

Postingan Terbaru

Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Jun 16, 2025
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
7 Golongan yang selamat dari mahsyar
Jun 11, 2025
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Selamat Memperingati Harlah Asy-Syadzili Yang Ke-60
Jun 09, 2025