" Gus Mun’im niku aura gus e sampun sampun ketingal mulai zaman muda saat di pondok pesantren dulu"
Dawuh Gus Kautsar dalam Haul Kh. Ahmad Syadzili Muhdlor yang ke 33 lalu.
dapat kita simpulkan bahwa memang sedari muda beliau sudah ditempa dan disiapkan untuk menghadapi banyak kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang, jadi, tidak heran jika beliau menghadapi berbagai macam situasi dengan sabar.
Karena Wafatnya Kyai Syadzili, menjadikan beliau mau tidak mau harus segera melanjutkan estafet kepengasuhan dari Kyai Syadzili.
tetapi tampaknya hal itu bukanlah hal yang membuat Abuya Mun'im kaget, panik ataupun tidak siap, karena memang Abuya sendiri sudah tampak keseriusannya saat menimba ilmu,
Dahulu Kyai Syadzili terkenal akan keistiqomahannya, bahkan tidak ada yang Namanya libur untuk mengaji, Kyai Syadzili Dawuh “aku gak badalan lek aku gak mati” dari dawuh Kyai Syadzili tersebut tersirat bahwasanya selama detak jantung masih berdenyut maka beliau akan terus mengaji, dan salah satu prinsip itulah yang memotivasi Abuya KH. Abdul Mun’im Syadzili untuk terus semangat dalam mengajar dan mengaji
Mengaji dan mengajar adalah obatnya.
tentunya setiap orang memiliki ujian yang berbeda-beda, serta dengan tingkatan masing-masing sesuai kadar keimanannya, tetapi ada satu hal yang patut kita contoh dan kita teladani dari beliau, pada hari ini 6 Maret 2025 beliau telah berumur 54 tahun, dan sejak berapa tahun lalu beliau di vonis mengidap beberapa penyakit, tetapi hal ini tidak mematahkan semangat beliau dalam mengajarkan ilmu, bahkan pada umumnya orang yang memiliki penyakit akan banyak beristirahat.
Tetapi berbeda dengan beliau yang lebih memperbanyak menyema' Al Quran, mengaji dan mengajar, dikala beliau sedang sakit, apalagi dalam momen bulan ramadhan seperti ini,
beliau tidak mau melewatkan kesempatan emas yang datang setahun sekali ini, beliau lebih memilih menambah kapasitas mengaji dan beribadah di bulan ramadhan,
kita seharusnya sebagai pembaca apalagi sebagai santri beliau bersyukur dan terus mengoptimalkan peluang yang ada, beliau dikala sakit tetap melaksanakan sholat witir sejak jam 2 dini hari, setelah itu sahur, dilanjutkan, dengan mengajar ngaji, kemudian disiang harinya beliau megajar kitab lagi, dan ketika malam hari beliau menjadi imam dalam sholat tarawih untuk khataman beliau sendiri.
Maka dari itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengoptimalkan kesempatan dari bulan mulia ini, beliau tidak hanya mengatakan tapi juga dapat kita saksikan bagaimana beliau melakukannya dalam keseharian.
Semoga dalam kesempatan Milad ke 54 tahun ini, Abuya tetap di beri sehat wal afiyat, diampuni segala kesalahan beliau, dan tetap i beri kesempatan untuk menebarkan ilmu yang insyaAllah akan menjadi amal jariyah untuk kehidupan akhirat kelak. Amin Ya robbal Alamin.
.